SNU|Kabupaten Garut – Belakangan ini warga masyarakat Kabupaten Garut yang diduga darurat masalah kesejahteraan dalam segi ekonomi, hal itu diungkapkan oleh Penggiat Sosial Nopiki Sadani (46) warga Jln.Ciledug Kp.Paledang Garut Kota, Sabtu (1/2/2025).
“Kabupaten Garut terbilang cacat darurat dalam masalah kesenjangan !! Karena warga kabupaten Garut, tidak akan sejahtera apalagi maju jika, kasus- kasus Temuan Hukum, diduga tidak pernah dituntaskan, karena tak ada kejelasan dan kepastian Hukumnya,” cetus Nopiki.

Karena Nopiki melihat dari Penempatan para pejabat dinas Eselon II dan III yang diduga kuat tak sesuai dengan keahliannya dan tupoksinya juga yang bergaya feodal/overprotoler/koruptip,
“Tidak bersinergi dan tidak menghargai serta kurang memberdayakan para aktivis LSM dan Juga para Insan Pers, padahal semua sama haknya dapat perlindungan dari Undang – Undang Republik Indonesia serta sesuai Amanat Konstitusi, terus dalam kinerja, Atituted oknum pejabat, oknum anggota Dewan yang bisa dinilai buruk, Arogan, Apatis, feodalistik sehingga tidak produktif, tidak inovatif, tidak kreatif,” ungkap nopiki.
Bahkan lanjut Nopiki, dilihat dari masalah anggaranpun dalam penyalurannya diduga tidak tepat sasaran,
“Seharusnya masalah penyaluran anggaran dana Bansos saja harus akurat dan tepat sasaran sesuai dengan falidasi datanya dalam Bansos Banprop, Hibah dan sebagainya,” ucap Nopiki.
Nopiki juga menandaskan, bahwa untuk Aparat Sipil Negara (ASN) yang dipimpin oleh seorang Sekda Kabupaten Garut,
“Saya menilai Sekda kurang mampu dalam mengelola tata kelola Anggaran, kepada bawahan, berikut keberpihakan anggaran, Kurang ada kewibawaan alias tidak tegas, karenanya ASN yang tak disiplin, gaya konsumtif, bergaya feodal, kinerjanya memble saya berharap semoga dijadikan saling introspeksi kedepannya jangan hanya jargon-jargon pencitraan belaka,” tukas Nopiki.
Harapan Nopiki kedepannya, pemerintahan Kabupaten Garut, dengan pemikiran yang jernih untuk bersama-sama membangun Kabupaten Garut ini tanpa kemunafikan, tanpa premanisme, tanpa Arogansi serta Gaya- gaya pemabuk yang lupa daratan.
“In sa Alloh, kita elemen warga Garut dapat mampu merubahnya dari paradigma baru yang benar-benar nyata kuat dalam mensejahterakan, saling menghargai, tidak saling menjatuhkan satu sama lain dengan gaya2 pembusukan karakter, terlalu percaya diri, terlalu protektif, kubu-kubuan, tidak diskriminatif alias pilih kasih, tak bergaya konspiratif, tak manipulatif, Klaimer/pengaku- ngaku dan lain sebagainya, kalau masih ada yang seperti tersebut maka disikat saja biar bersih dari semua unsur itu,” pungkas Nopiki.
Sementara itu ditimpali dari penggiat Ponpes Alfalah dari Babakan, Aat Safaat (57) juga memberikan tanggapannya,
“Salam santun kita wajib saling megingatkan demi kebaikan bersama untuk bergerak dalam Anti Kemunafikan, jangan ada dusta diantara kita, jikalau kita ingin sejahtera menuju Garut maju, Garut hebat dan bermartabat,” ulasnya. (Asgun)