SNU|Bandung,- Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau biasa disapa KDM yang mengubah nama Rumah Sakit Al Ihsan di Kabupaten Bandung menjadi Welas Asih menuai kritik keras dari Aktivis Dodi Permana.
Dodi Permana dengan tegas menyatakan keputusan KDM tersebut mencerminkan sikap Islamofobia, sebuah istilah yang merujuk pada ketakutan, prasangka, dan kebencian irasional terhadap Islam dan umat Muslim.
Menurut Dodi Permana, penggantian nama ini adalah tindakan yang tidak perlu dan menunjukkan KDM kurang kerjaan.
“Dedi Mulyadi kalau belum bisa membuat Rumah Sakit jangan banyak gaya dan mengatasnamakan budaya,” ujar Dodi Permana, Jumat, (4/7/2025), di Bandung.
Dodi Permana mempertanyakan urgensi dan keunggulan nama Welas Asih dibandingkan dengan nama Al Ihsan yang sudah dikenal. “Jadi kalau Dedi Mulyadi belum bisa berbuat yang baik, belum bisa membuat rumah sakit, jangan mengganggu rumah sakit yang sudah ada,” tegasnya.
Dodi Permana juga secara blak-blakan menuding KDM bertindak seperti penganut Islamofobia, “Mau apa Dedi Mulyadi sampai mengganti nama RS Al Ihsan menjadi Welas Asih, seperti yang Islamofobia saja,” cetusnya.
Dodi Permana menambahkan, memangnya nama Al Ihsan salah dan jelek?, menurutnya, KDM seharusnya fokus pada pembangunan rumah sakit baru di daerah yang membutuhkan atau menciptakan rumah sakit gratis bagi masyarakat miskin, ketimbang hanya mencari sensasi kosong dengan mengganti nama fasilitas yang sudah ada, “Jangan membuat sensasi yang kosong melompong saja,” pungkas Dodi Permana.
Seperti diketahui, pergantian nama RS Al Ihsan menjadi Welas Asih telah diatur melalui arahan dan keputusan Gubernur Jawa Barat, dengan Peraturan Gubernur yang diterbitkan sejak 19 Juni 2025.
Manajemen RS Al Ihsan sendiri telah memulai proses perubahan nama ini, dan sedang dalam tahap persiapan menuju implementasi penuh.
Perubahan nama ini dilatarbelakangi oleh keinginan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan transformasi pelayanan dan memunculkan kearifan budaya Sunda.
Nama Welas Asih dipilih karena dianggap merepresentasikan nilai-nilai kasih sayang, yang diambil dari
makna Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam konteks budaya Sunda.
Dengan demikian, diharapkan nama baru ini dapat mencerminkan pendekatan pelayanan yang lebih humanis dan berakar pada budaya lokal.
RS Al Ihsan, yang kini menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat, memiliki sejarah panjang. Peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit ini dilakukan pada 11 Maret 1993 oleh Yayasan Al Ihsan yang berdiri pada Januari 1993.
Operasional rumah sakit dimulai pada 12 November 1995. Pada tahun 2004, kepemilikan rumah sakit beralih sepenuhnya menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Kritik keras dari Dodi Permana ini menjadi sorotan publik, terutama di media sosial di mana Dodi Permana dikenal sebagai “Aktivis Kampung”.
Perdebatan mengenai kebijakan penggantian nama ini diperkirakan akan terus berlanjut, mempertanyakan esensi “transformasi pelayanan” dan “kearifan budaya Sunda” yang diusung Pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta dampaknya terhadap sentimen keagamaan dan sosial di masyarakat.