Example floating
Example floating
Politik

Janji Politik Rudi-Helmi: Ketika Tuhan dan Rakyat Sama-Sama Ditipu.

6493
×

Janji Politik Rudi-Helmi: Ketika Tuhan dan Rakyat Sama-Sama Ditipu.

Sebarkan artikel ini
Yudi Permana, seorang aktivis Garut yang vokal menyuarakan kekecewaan rakyat terhadap duet Rudi-Helmi

SNU|Kabupaten Garut – Jika janji adalah mata uang politik, maka H. Rudi Gunawan dan H Helmi Budiman adalah dua sosok yang berani mencetaknya tanpa cadangan kejujuran. 

Selama dua periode memimpin Garut, mereka menjual mimpi-mimpi indah kepada rakyat, dibungkus dalam retrorika program-program ambisius, yang pada kenyataannya, hanyalah utopia. 

Tragisnya, mereka bahkan tak segan membawa nama Tuhan untuk mempertegas janji-janji itu. Namun, hasilnya? Nol besar.

Hal itu diungkapkan oleh Yudi Permana, seorang aktivis Garut yang vokal menyuarakan kekecewaan rakyat terhadap duet Rudi-Helmi

“Ketika seorang pemimpin dengan lantang bersumpah atas nama Tuhan tetapi tak memenuhi janji-janjinya, itu bukan hanya penghinaan terhadap rakyat, tetapi juga terhadap nilai-nilai agama dan kemanusiaan,” ujar Yudi.Senin (18/11/2024)

Selama kampanye mereka di 2014, Rudi-Helmi memamerkan janji-janji luar biasa yang memikat hati rakyat. Mereka berbicara tentang bantuan untuk RW dan RT, insentif untuk guru ngaji, dan komitmen membangun Garut yang lebih sejahtera. Namun, seiring waktu berlalu, janji-janji itu hanya menjadi catatan usang yang tak pernah diwujudkan.

Apa yang lebih menyakitkan dari janji yang diingkari? Rakyat kecil, yang berharap pada bantuan dan insentif tersebut, dibiarkan menunggu tanpa kepastian. Para guru ngaji yang seharusnya menerima penghargaan atas jasa mereka mendidik moral generasi muda hanya mendapat ilusi, sementara nama Tuhan yang digunakan dalam janji politik itu menjadi saksi atas kebohongan besar ini.

“Janji mereka bukan hanya tentang program yang tak terpenuhi. Ini adalah penghancuran harapan rakyat Garut. Bayangkan bagaimana rasanya percaya pada pemimpin, hanya untuk dikhianati berkali-kali,” tambah Yudi dengan nada geram.

Meski dikhianati pada periode pertama, rakyat Garut, dengan hati yang besar, memberikan kesempatan kedua pada 2019. Mereka berharap janji-janji lama akan terealisasi. Namun, yang terjadi justru lebih menyedihkan. Janji-janji lama tetap terbengkalai, sementara janji-janji baru dilemparkan tanpa malu, seperti drama politik tanpa akhir.

Kini, pada Pilkada 2024, Helmi Budiman—yang menjadi bagian dari kegagalan selama dua periode itu—kembali mencalonkan diri. Dengan membawa sejarah panjang janji kosong, Helmi seakan lupa bahwa rakyat Garut telah menyimpan jejak digital pengkhianatannya.

“Rakyat Garut harus sadar bahwa kebohongan ini tidak boleh dilanjutkan. Jangan biarkan mereka yang telah gagal dua periode kembali merebut kepercayaan hanya dengan janji-janji baru yang sama kosongnya. Kita harus menolak lupa!” tegas Yudi dengan penuh semangat.

Menggunakan nama Tuhan untuk meraih dukungan politik adalah tindakan yang tidak hanya melukai moralitas, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat. Jika pemimpin berani memanipulasi hal yang paling suci demi kekuasaan, bagaimana kita bisa percaya mereka akan menghormati rakyat kecil?

Saat ini, rakyat Garut harus bangkit. Jangan biarkan politik kebohongan ini terus berlanjut. Jangan biarkan masa depan Garut tergadai oleh pemimpin yang hanya pandai bicara tanpa bukti nyata.
“Garut tidak butuh pemimpin yang hanya menjual mimpi. Kita butuh pemimpin yang berani bertindak, yang menempatkan rakyat sebagai prioritas utama, bukan sebagai alat untuk meraih kekuasaan,” tutup Yudi dengan harapan agar rakyat Garut tidak lagi tertipu oleh janji kosong. (***)

Example 120x600