SNU|Rio de Janeiro,- Semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 bergema kembali dalam perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Brasil. Dalam sesi Rapat Pleno yang digelar di Museum Seni Modern Rio de Janeiro, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menegaskan bahwa BRICS merupakan manifestasi nyata dari gerakan Non-Blok yang lahir dalam Deklarasi Bandung, Minggu(6/7/2025).
“BRICS adalah manifestasi dari gerakan Non-Blok Bandung. BRICS menghidupi semangat Bandung,” ujar Lula di hadapan para kepala negara anggota BRICS.
Presiden Lula juga menyoroti tantangan global yang tengah dihadapi dunia, termasuk krisis multilateralisme. Ia mengingatkan bahwa meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mencapai usia 80 tahun, dunia kini menyaksikan kemunduran dalam kerja sama internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menanggapi pidato tersebut, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan dukungan penuh terhadap semangat multipolar yang digaungkan BRICS. Didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Prabowo menekankan pentingnya tata kelola global yang lebih adil dan inklusif.
“Dunia butuh tatanan yang lebih seimbang, di mana setiap negara memiliki hak dan suara yang setara. Semangat Bandung tetap relevan untuk menginspirasi perdamaian dan keamanan dunia saat ini,” ungkap Prabowo.
Dalam kesempatan tersebut, para pemimpin BRICS juga membahas agenda strategis terkait reformasi lembaga internasional, upaya perdamaian global, serta penguatan kerja sama ekonomi lintas kawasan.
KTT BRICS 2025 tak hanya menjadi forum diplomasi tingkat tinggi, tetapi juga momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen negara-negara Global Selatan dalam membangun tatanan dunia yang lebih adil, setara, dan berkelanjutan—dengan semangat Konferensi Bandung sebagai kompas moralnya.