Gaya hidupRagam Daerah

Membanggakan, Film Animasi Gunung Padang Akan Dilombakan Di German

92
Eva Sri Rahayu (paling kanan) pimpin diskusi tentang film animasi Gunung Padang di Bale Prabu cafe and resto, Soreang, Minggu (13/10/2024)

SNU|Kabupaten Bandung – Film Fiksi Gunung Padang Peradaban yang Hilang,  hasil Karya Art 433 akhirmya dilaunching di Cafe and Resto Bale Prabu,  Soreang,  Minggu (13/10/24), Kemarin.

Sebelumnya,  film animasi itu diperbincangkan dalam diskusi terbatas. Hal ini telah membuka mata khalayak yang hadir saat itu untuk merasa salut, pada sineas muda bernama Aji ini, batapa tidak, anak anak kreatif di tatar sunda, mampu menunjukan bukti, bahwa dari para pemuda generasi bangsa ini.  

Film Fiksi Gunung Padang Peradaban yang Hilang, hasil Karya Art 433 akhirmya dilaunching di Cafe and Resto Bale Prabu, Soreang, Minggu (13/10/24), Kemarin.

Mereka bisa mewujudkan mimpinya, dengan bermodal nekad, mereka yang sedari awalnya tak memiliki kemampuan membuat animasi, malah berjuang berjibaku habis-habisan hingga terlahir bisa membuat karya monumental film Animasi, yang mengangkat film Gunung Padang, adapun acara diskusi ini.  

Sebagai sineas muda, Aji,  saat ditanya moderator diakuai film,  Eva Sri Rahayu, mengapa ia tertarik mengangkat gunung padang, ia lantas menceritakan pengalaman pertamanya saat menjejakkan kaki ke sana beberapa tahun kebelakang, di tahun 2012 bersama mentornya kang Dicky Almarhum, dimana pengalaman itu rupanya meninggalkan jejak yang kuat dalam memorynya, hingga itu begitu sangat berdampak, 

“Sampai-sampai, pengalamannya itu, intens kemudian muncul dalam mimpi mimpinya beruntun, dan terus terulang, hingga menjadi kegelisahan bathin yang tidak bisa ia pecahkan sendiri,” ucap Aji.

Beruntungnya ia pun dipertemukan dengan Seorang Ahli Hypnotherapist, Alguskha Nalendra,  yang mampu menguatkan pengalamannya di dunia mimpi tersebut, takala bertemu Alguskha Nalendra seorang Ahli Hypnotherapist profesional yang bisa menjabarkan kegelisahan batin sineas muda tersebut.

Dan pada akhirnya, berkat penguatan sugesti, aji pun bisa mengembara ke alam mimpi, yang menurut Alguskha sendiri,

“Saat memory kolektif dari masa lampau yang terhimpun di ruang kesadaran tertentu, atau tersimpan di langit, itu bisa dimasuki oleh orang-orang khusus, yang memiliki kekuatan spirit, yang sudah teraktivasi.” Ungkapnya.

Screening Film Gunung Padang, dan dihadiri oleh berbagai komunitas baik komunitas film kab. Bandung, maupun kalangan seniman lainnya. Ditampilkn juga seniman Musik Tradisional seperti group Tarawangsa Iwonk dan Maiftah dari Ciwidey, Iwan Palsu dari Kelompok Penyanyi Jalanan Jabar dan grup musik Prabu band, yang digawangi bang Arief seorang aktifis pergerakan kebangsaan sebagai vokalisnya.

 Pemilik dari Bale Prabu cafe and resto Soreang ini sangat support pada pergerakan kesadaran berbudaya dan kebangsaan.

Begitupun hadir dari kalangan sastrawan ketua

forum seniman kabupaten bandung Ridwan C.H Madris, ada juga dari forum lintas agama, dan dari lembaga PCNU, hadir ketua LTN NU Kab. Bandung Bambang Melga yang juga sebagai Dosen FIK Tel-U, dan Dewan Pakar dari organisasi ICMI Kab. Bandung. Pupuhu Pasebbam Puseur Rf.  Dani Martadinata dan rengrengan Korcam Pasebban Soreang. 

Perbincangan di sesi pemaparan Gunung Padang, dengan nara sumber ahli Yusuf Maulana atau Kang Uche seorang Geolog, peserta di ajak larut masuk ke periode 27.000 tahun SM, di mana masa lalu berdirinya gunung Padang merupakan hasil karya yang di ciptakan manusia masa itu, yang batuan pendirinya di cari dari batuan Intrusi, yang tidak ada ditemukan di daerah tersebut, dan seperti dari hasil temuan para ahli, Gunung Padang ini unik, ternyata, itu di bangun oleh tiga peradaban yang berbeda masanya.

Dan sakralitas keberadaan Gunung Padang itu sendiri ternyata, dibuat untuk menandai tempat tersebut sebagai tempat yang sakral, istimewa, yang bisa menetralkan energi, dan mengaktivasi energi-energi positif manusia.

Kehadiran dua narasumber lainnya dalam bincang-bincang Film Fiksi Animasi Gunung Padang ini, membuat sesi diskusi tersebut berlangsung dengan sangat hangat, terbukti tarik ulur istilah pada narasi-narasi yang diperdebatkan dalam diskusi tersebut, baik komentar maupun yang mengkritisi, akhirnya harus mendudukan persoalan, sesuai porsi sudut pandang sebagaimana persepsi nilai kepositifan awal yang ada.
Closing statemant dari sineas muda berbakat Aji, ia menyampaikan bahwa ” sekarang kita adalah pewaris peradaban Nusantara, kalo bukan kita lalu siapa lagi.” Tuturnya menutup akhir diskusi film animasi Gunung Padang ini. (***)

Exit mobile version