SNU//Deiyai, Papua Tengah – Di balik geliat pembangunan Kabupaten Deiyai yang kini terus melaju menuju daerah berdaya saing, ada sosok perempuan tangguh yang ikut menyalakan semangat perubahan.
Dialah Yulita Mote, atau akrab disapa Mote Yagamo, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Deiyai.
Perempuan berdarah Mee ini dikenal sebagai salah satu figur eksekutor andalan Bupati Deiyai, Melkianus Mote, ST.
Di bawah arahannya, Yulita Mote tampil sebagai pejabat perempuan dengan gaya kepemimpinan yang berbeda—membumi, tegas, dan penuh empati terhadap rakyat.
“Kalau Deiyai ingin melaju, kita harus percaya diri bahwa anak negeri mampu bersaing,” begitu sering ia sampaikan dalam berbagai pertemuan dengan masyarakat.
Sebagai Kepala Dinas Sosial, Yulita Mote tak hanya duduk di balik meja birokrasi. Ia hadir langsung ke kampung-kampung, mendengarkan aspirasi masyarakat, memahami kebutuhan para janda, duda, dan nelayan di pinggiran Danau Tigi.
Pengalaman hidup yang dekat dengan rakyat membuat setiap kebijakan yang ia ambil selalu berpijak pada realitas sosial, bukan sekadar angka di laporan.
Salah satu program unggulannya adalah “Janda, Duda, Dobiyo Dababage Ipa”, sebuah gerakan sosial yang menekankan kemandirian dan daya saing masyarakat.
Bagi Yulita, pembangunan sejati bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi tentang manusia yang berdaya.
“Saya percaya visi Bupati Deiyai, Bapak Melkianus Mote. Beliau mencintai manusia Deiyai, dan tugas kami memastikan setiap kebijakan menyentuh mereka yang paling membutuhkan,” ujarnya dengan mantap. Selasa (11/11/2025).
Kabupaten Deiyai kini perlahan menapaki arah baru. Dari ufuk bukit Saitun Yabadide hingga tepian Danau Tigi, perubahan mulai terasa.
Di tangan Bupati Melkianus Mote dan para pemimpin muda seperti Yulita Mote, Deiyai meneguhkan visinya: “Melaju dan Berdaya Saing Menuju Deiyai Sejahtera.”
Deiyai bukan sekadar data ekonomi di atas kertas.
Ia adalah tanah subur, aroma ikan bakar di tungku rumah, tarian adat yang hidup di setiap kampung, dan doa yang terucap di gereja-gereja kecil.
Semua itu kini dirangkai menjadi kekuatan budaya dan sosial yang menggerakkan perubahan.
Yulita Mote menjadi bukti nyata bahwa perempuan Papua mampu berdiri tegak di panggung kepemimpinan tanpa kehilangan kelembutan dan keberpihakannya. Ia adalah simbol perubahan, cahaya yang menuntun Deiyai menuju masa depan yang lebih cerah.
Dan ketika matahari terbit di atas Danau Tigi, suara rakyat bergema:
“Ibu Yulita melaju dan berdaya saing, menuju Deiyai berdaya saing.”
Sebuah keyakinan yang lahir dari kehadiran pemimpin yang tidak hanya memerintah, tetapi menyalakan harapan. (Jeri)
