Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
HukumPolitikRagam Daerah

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Berlakukan Jam Kerja Baru di Bulan Ramadhan, Adalah Wewenang Presiden

3854
×

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Berlakukan Jam Kerja Baru di Bulan Ramadhan, Adalah Wewenang Presiden

Sebarkan artikel ini
Tokoh politik dan pemerhati pemerintahan daerah Djamu Kertabudi,Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Berlakukan Jam Kerja Baru di Bulan Ramadhan, Adalah Wewenang Presiden
Example 468x60

SNU|Propinsi Jawa Barat – Terkait Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberlakukan Jam Kerja Baru di Bulan Ramadhan kepada seluruh ASN diberlakukan masuk kerja pukul 6.30 WIB dan Pulang kerja pukul 14.00 WIB.

Namun hal ini menjadi perhatian seorang pemerhati Aparatur Pemerintahan Daerah dan politik, Djamu Kertabudi, menurut Djamu

Example 300x600

“Memang karakter kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi sang Gubernur Jawa Barat yang baru ini  dikenal dari Sejak menjabat Bupati Purwakarta, dan Anggota DPR-RI sebelumnya, sebagai pemimpin yang terbuka, berintegritas, dan berbicara apa adanya, cenderung ceplas ceplos bernada keras terhadap sesuatu yang dinilai tidak pada tempatnya, peka terhadap masalah dan kesulitan yang dihadapi kalangan masyarakat bawah, serta berkepribadian yang kuat,” ucap Djamu Selasa (4/2/2025).

Tampak sekali beberapa saat se usai dilantik sebagai Gubernur  dalam melakukan Inspeksi Mendadak (sidak) Dedi, bernada marah kepada bawahannya, 

“Menjadi kondisi lingkungan yang tidak semestinya, dan ucapan keras terhadap temuan yang dilakukan pengusaha yang tengah melaksanakan pembangunan infrastruktur,” lanjut Djamu.

Yang lebih menarik, kata Dia, belum lama ini Kang Dedi sebagai Gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan Surat Edaran No. 23/OT.03/ORG Tentang pemberlakuan jam kerja ASN dilingkungan Pemda Propinsi Jawa Barat, 

“Termasuk di pemda Kabupaten/Kota, di bulan Ramadhan 1446 H, yang dimulai jam 06.30 sampai dengan jam 14.00,” lanjut Djamu.

Kebijakan Gubernur seperti ini sudah barang tentu telah mengundang selera kalangan intelektual untuk mengkajinya. 

“Apalagi ada beberapa pemda Kabupaten/Kota tidakmengikuti kebijakan Gubernur ini,” cetusnya.

Dilihat dari aspek filosofis, maksud dan tujuan, serta sasaran yang hendak dicapai, argumentasinya memadai, bernuansa spiritual. 

“Bahwa umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa tetap menjaga kesehatan, dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan, disamping dapat menghindari kemacetan saat berangkat kerja,” terang Djamu kembali.

Namun dari aspek legalitas kebijakan Gubernur ini, kata Djamu, bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan Presiden No. 21 tahun 2023 Tentang Hari kerja dan jam kerja instansi Pemerintah dan Pegawai ASN. 

“Mengingat pada pasal 4 ayat (4) menyebutkan bahwa jam kerja pada bulan Ramadhan adalah dimulai jam 08.00 zona waktu setempat,” tandas Dia.

Memang dalam jabatan Gubernur ini disamping memiliki kedudukan dan wewenang sebagai Kepala Daerah, yang sama dengan jabatan Bupati/Walikota yang memimpin dan menjalankan penyelenggaraan pemerintahan daerah, 

“Sesuai dengan asas desentralisasi melalui pembagian urusan pemerintahan konkuren antara pemerintah pusat, Pemerintah daerah Propinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota, melalui asas eksternalitas, Akuntabilitas dan asas efisiensi, tetapi juga berkedudukan sebagai Wakil Pemerintah Pusat,” ucapnya pula.

Adapun tugas dan wewenangnya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, 

“Yang pada prinsipnya bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten dan Kota, bahwa Presiden dibantu oleh Gubernur,” lanjut Dia.

Dengan demikian, dalam peraturan ini terdapat rincian tugas dan wewenang Gubernur dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten dan Kota. 

“Namun demikian, dalam konteks penentuan hari kerja dan jam kerja bagi ASN baik yang bekerja pada instansi pusat maupun instansi daerah adalah wewenang Presiden yang diberlakukan secara nasional. Sehingga tidak di delegasikan kepada Gubernur,” cetusnya.

Maka dari itu, Gubernur Jawa Barat dalam menentukan jam kerja di bulan Ramadan bagi pegawai, ASN dilingkungan Pemda Propinsi tidak dituangkan dalam bentuk produk hukum berupa Peraturan Gubernur, akan tetapi berupa Surat Edaran yang tidak mengikat secara hukum. 

“Sehingga tidak dapat disalahkan apabila  ada Bupati/Walikota tidak mengikuti Surat Edaran Gubernur ini,” cetusnya kembali.

“Selain dari pada itu, terhadap Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Tentang penentuan jam kerja pada bulan Ramadan ini merupakan obyek evaluasi Menteri Dalam Negeri/MenPAN RB lebih lanjut untuk mengeluarkan rekomendasi terhadap keabsahan pemberlakuan Surat Edaran ini,” tutup Djamu. (Bagdja)

Example 120x600