SNU|Jakarta,- Tradisi mudik Lebaran tahun ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik diperkirakan hanya mencapai 146,48 juta orang, turun 24% dibandingkan tahun 2024. Fenomena ini sebagian besar disebabkan oleh badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda berbagai sektor industri di Indonesia, Sabtu(5/4/2025).
Sejak awal tahun, ribuan pekerja kehilangan pekerjaan akibat ketidakstabilan ekonomi dan perubahan kebijakan perusahaan. Dampaknya, banyak keluarga terpaksa menunda perjalanan mudik karena keterbatasan finansial. Selain faktor ekonomi, pergeseran pola konsumsi dan prioritas masyarakat turut berperan dalam penurunan jumlah pemudik. Kenaikan harga bahan pokok dan inflasi yang terus meningkat membuat masyarakat lebih memilih untuk mengalokasikan anggaran ke kebutuhan sehari-hari daripada biaya perjalanan.
Industri transportasi pun terkena dampak besar akibat penurunan ini. Perusahaan otobus dan maskapai penerbangan melaporkan penurunan jumlah penumpang yang cukup signifikan, memaksa mereka untuk menyesuaikan operasional guna menghindari kerugian lebih lanjut.
Meskipun demikian, pemerintah tetap mengimbau masyarakat untuk merayakan Lebaran dengan penuh kebersamaan, baik melalui perjalanan mudik maupun dengan cara lain yang lebih terjangkau. Tradisi tetap bisa dijalankan tanpa harus mengorbankan stabilitas ekonomi rumah tangga. Apakah tren ini akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.