Uncategorized

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Jasa Pahlawanya, Jangan Lupakan Sejarah

137
Makam Rd Meener Akis Kartadinata salah satu pejuang pendidikan dari Kota Garut

Garut|SNU – Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, hal itu diungkapkan oleh seorang praktisi pendidikan di Faperta Uniga, Atak Tauhid yang sudah pensiun, saat dikonfirmasi dirumahnya, Sabtu (27/7/2024).

“Karena manusia pribumi di Indonesia Janganlah menjadi suatu kelompok Bangsa yang kerdil, terlihat saat ini masih banyak bangsa kita melupakan terhadap kepahlawanan leluhurnya,” terang Atak.

Bahkan Atak juga berharap ingin mengusulkan ke DPR-RI tentang pahlawan Rd Meener Akis Kartadinata, untuk dicatat sebagai pahlawan pendidikan dari Garut.

“Jika mungkin kalau saya bisa mengusulkan kepada DPR RI tentang Rd. Meener Akis Kartadinata, sebagai warga asli Kecamatan Tarogong Garut dan keturunan dari Kedaleman Kerajaan Timbanganten Pesantren Biru, dengan teman-temannya seperti Aruji Kartawinata kemudian KH. Mustopa Kamil dan Yusuf Taujiri ( 4 ) empat serangkai ini pada tahun 1930 merupakan para Perintis Kemerdekaan asal Kabupaten Garut,” beber Atak.

Atak juga menjelaskan kronologis dari seorang sosok Rd Meener Akis Kartadinata ini, 

“Kenapa ada sebutan Meener? Karena disebut Meneer, disebakan pada saat itu, Akis sebagai alumni sekolah Raja pada zaman Belanda, yang disebut sekolah Kweekschool pada waktu Djamhari seorang konglomerat Garut di zaman itu dan juga Tokoh dari Muhamadiyah, dan Rd Meener Akis pada saat itu sebagai Kepala Sekolah pertama, karena memiliki Bowess atau Ijasah Kweekschool kalau sekarang SPG atau IKIP atau UPI,” beber Atak.

Jadi pada saat itu Djamhari seorang konglomerat dan tokoh dari Muhammadiyah , telah mewakafkan tanahnya, untuk didirikan sebuah sekolah didaerah tersebut.

“Beliau mengwakafkan tanahnya untuk didirikan sekolah Syarikat Islam, yang sekarang di sebut jalan Muhammadiyah,” beber Atak.kembali.

Maka berdirilah Sekolah Syarikat Islam dengan nama HIS Al- Qur’an dengan para Pengajarnya terdiri dari (Praktisi Pendidik), diantaranya KH Mustofa Kamil, Arudji Kartawinata, KH Yusuf Taujiri (Pendiri Pompes Darusalam Wanaraja/ Pangatikan), Rd.Meneer Akis Kartadinata merupakan Kepala sekolah pertama.

Selanjutnya menurut Atak, bahwa dari ke empat tokoh pergerakan kemerdekaan asal Garut tersebut, maka salah satu yang gugur sebagai syuhada pada pertempuran sengit di Revolusi Jihad Kota Surabaya 1948  melawan tentara Sekutu, dibawah komando Ingris pada waktu itu, adalah Mustofa Kamil dan sampai kini namanya masih populer di kalangan masyarakat, 

“Khususnya di Garut Kota dan pada umumnya diseluruh wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat,” ucap Atak.

Dikarenakan Rd. Meneer Akis Kartadinata mempunyai Prestasi di bidang Pendidikan pada tahun 1930 tersebut, maka Meener Akis, di tarik ke pusat ke Betavia (Jakarta), 

“Beliau ditarik atau di oper ke Jakarta oleh Presiden Syarikat Islam (SI) Bapak Perintis Kemerdekaan, yaitu Haji Omar Said Tjokroaminoto sebagai Delegeet Let LT di Jakarta, untuk utusan ke Pulau Sulawesi dan disana Rd. Meneer Akis Kartadinata sebagai Propaganda untuk Indonesia Merdeka,” 

Bersambung

Exit mobile version