SNU|Bandung,- Semangat kepahlawanan tak mengenal batas usia, profesi, ataupun negara. Inilah pesan kuat yang dibawa oleh Prof. Dr. Sitti Syabariyah, S.Kp., MS.Biomed., dosen Program Studi Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Bandung, dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Internasional yang digelar di salah satu sekolah menengah Ekkapap di Krabi, Thailand, pada 20-23 Mei 2025, Selasa(3/6/2025).
Dengan mengusung tema “Be a Young Hero: Learn How to Save Lives with First Aid”, Prof. Sitti memperkenalkan keterampilan dasar pertolongan pertama pada luka kepada para siswa, sebagai bentuk nyata penanaman nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial sejak usia dini.
“Anak-anak sekolah menengah adalah generasi penerus. Mereka perlu dibekali tidak hanya ilmu akademik, tetapi juga kepekaan terhadap sesama. Belajar menyelamatkan nyawa adalah pelajaran kehidupan,” ujar Prof. Sitti dalam keterangannya, Senin (2/6/2025).
Literasi Kesehatan untuk Karakter Peduli
Program ini dirancang untuk memberikan literasi kesehatan dasar melalui pendekatan yang praktis, interaktif, dan menyenangkan. Para siswa diajak mengenali berbagai jenis luka, mencuci luka dengan air bersih, membalut dengan kassa, hingga menggunakan plester. Tak hanya itu, mereka juga melakukan simulasi langsung dan permainan peran (role-play) sebagai penolong pertama dalam situasi darurat.
“Metode visual dan praktik langsung terbukti sangat efektif, apalagi dalam lingkungan lintas budaya. Bahasa mungkin berbeda, tapi empati dan semangat menolong itu universal,” tambahnya.
Antusiasme peserta pun sangat tinggi. Banyak siswa yang tertarik karena merasa kegiatan ini sangat bermanfaat dan menyenangkan. Meskipun tantangan seperti perbedaan bahasa dan istilah medis muncul, hal ini dapat diatasi melalui bantuan visualisasi dan penerjemah lokal.
UNISA Bandung dalam Diplomasi Pendidikan Global
Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tetapi juga bagian dari upaya UNISA Bandung untuk memperkuat peran akademik Indonesia dalam panggung internasional. Prof. Sitti menegaskan bahwa universitas saat ini harus tampil sebagai agen perubahan, tak hanya di dalam negeri, tapi juga pada level global.
“Pengabdian masyarakat seperti ini adalah wujud konkret diplomasi pendidikan dan soft power Indonesia. Kita harus menunjukkan bahwa Indonesia bisa hadir dengan solusi kemanusiaan yang bermakna,” ungkapnya.
Ia berharap bahwa program ini menjadi langkah awal kerja sama internasional yang lebih luas, serta memotivasi dosen dan mahasiswa UNISA Bandung untuk aktif berkontribusi dalam pengabdian baik di dalam maupun luar negeri.
Pesan untuk Generasi Muda
Menutup kegiatan ini, Prof. Sitti menyampaikan pesan yang penuh makna:
“Jadilah pahlawan sejak muda. Belajar menyelamatkan nyawa bukan hanya untuk menjadi tenaga medis, tetapi untuk menjadi manusia yang peduli. Dunia butuh lebih banyak orang yang berani menolong.”