SNU//Garut – Keraton Sumedang Larang (KSL) telah menghidupkan kembali tradisi leluhur dalam rangkaian acara Festival Keraton Sumedang Larang.
Tradisi acara tersebut juga diantaranya, prosesi Jamasan Pusaka, yang digelar khidmat di pelataran Keraton Sumedang Larang, Di Wisata Budaya pada hari Minggu 24 Agustus 2025 hingga 7 September 2025.
Festival yang berlangsung pada sejak 24 Agustus hingga 7 September ini diawali dengan Nyuguh Ageung, sebuah jamuan agung sebagai wujud syukur masyarakat Sumedang, Selasa (26/8/2025).
Perhatian warga yang tertuju pada ritual jamasan—momen sakral yang selalu menjadikan puncak festival.
Dalam prosesi Jamasan, yang sebanyak 27 pusaka Karaton Sumedang Larang dibersihkan dan juga di ruwat.
Tujuh di antaranya yang merupakan pusaka inti peninggalan leluhur, di antara yang lain nya : Pedang Kimastak milik Prabu Tajimalela, Keris Ki Dukun milik Prabu Gajah Agung, Keris Panunggul Naga peninggalan Prabu Geusan Ulun, Dua Keris Nagasastra milik Panembahan Sumedang dan Pangeran Kornel, dan Duhung/Badik Curuk Aul warisan Embah Jaya Perkasa.
Selain itu juga, dua puluh pusaka yang lainnya turut dijamas dengan penuh dalam penghormatan oleh para abdi dalem Karaton Sumedang Larang.
Air jamasan yang membasuh pusaka ini diyakini bukan hanya sekedar membersihkan benda pusaka, tetapi juga menyucikan hati dan mengingatkan kepada masyarakat pada jejak perjalanan warisan leluhur
Ketua Panitia acara Festival, Mahapatih Keraton Sumedang Larang Rd. Lily Djamhur Soemawilaga, menyampaikan dengan rasa bersyukur atas kelancaran acara.
“Alhamdulillah, prosesi Jamasan Pusaka berjalan dengan lancar. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaikan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan berlangsung hingga 7 September 2025,” ujar Lily.
Ia juga menegaskan, seluruh rangkaian kegiatan yang terselenggara berkat gotong royong kawargian, tanpa dukungan anggaran dari anggaran pemerintah.
“Saya menghaturkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat. Atas nama pribadi dan juga Karaton Sumedang Larang, kami juga mohon maaf bila ada kekurangan,” kata Lily.
Tradisi jamasan di Karaton Sumedang Larang tidak sekadar ritual tahunan, melainkan juga sebagai simbol penghormatan kepada warisan leluhur yang tetap terus dijaga dari generasi ke generasi yang Melalui festival ini, masyarakat diingatkan kembali bahwa pusaka bukan hanya benda bersejarah, melainkan juga saksi bisu perjalanan panjang Sumedang sebagai bagian dari peradaban Sunda.
Festival yang masih berlangsung hingga 7 September 2025, dan diharapkan menjadi ruang bersama bagi masyarakat, karaton, dan juga pemerintah daerah untuk merawat budaya sekaligus juga untuk menghidupkan kembali sejarah yang melekat pada tanah Sumedang. (Agung)