ArtikelBeritaEkonomiHeadlineInformatikaKesehatanLingkungan HidupPolitikRagam DaerahTeknologi

KDM Sidak Pabrik Aqua di Subang: “Ini Bukan Air Pegunungan, Ini Air Bor!”

865
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, sidak pabrik air minum dalam kemasan Aqua milik PT Tirta Investama di Subang. Foto: Ist

SNU|Subang,- Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), kembali menunjukkan komitmennya terhadap transparansi dan keberlanjutan lingkungan. Dalam inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik air minum dalam kemasan Aqua milik PT Tirta Investama di Subang, KDM mengungkap fakta mengejutkan: air yang digunakan bukan berasal dari mata air pegunungan, melainkan dari sumur bor dalam, Kamis(23/10/2025).

Sidak ini dilakukan menyusul laporan masyarakat terkait dugaan eksploitasi air tanah secara berlebihan. Didampingi pejabat Dinas Lingkungan Hidup dan aparat desa, KDM langsung meninjau sumber pengambilan air di lokasi. “Air Aqua ini dari mana asalnya?” tanya KDM. Petugas menjawab, “Dari bawah tanah, Pak. Dibor.” Ekspresi KDM langsung berubah serius.

Dalam video yang diunggah di kanal YouTube resminya, KDM mempertanyakan klaim Aqua sebagai air pegunungan. “Kalau ini air pegunungan, mana pegunungannya? Ini dataran rendah, bukan zona konservasi,” tegasnya. Ia juga menyoroti potensi dampak lingkungan seperti banjir dan longsor akibat pengambilan air tanah dalam jumlah besar.

Perwakilan perusahaan menyebutkan bahwa pabrik mengambil sekitar 2,8 juta liter air per hari. KDM pun membandingkan dengan industri lain yang harus membeli bahan baku. “Kalau pabrik semen, otomotif, mereka beli bahan baku. Ini? Gratis ambil dari bumi,” ujarnya.

Menanggapi sidak tersebut, pihak Aqua mengklarifikasi bahwa mereka menggunakan air dari akuifer dalam, bukan sumur bor biasa. Mereka mengklaim bahwa pengambilan air dilakukan sesuai izin pemerintah dan diawasi oleh Badan Geologi serta Kementerian ESDM.

KDM menutup sidaknya dengan pernyataan tegas: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jangarakyat kekeringan, sementara perusahaan menikmati air gratis untuk dijual.”

Exit mobile version