SNU//Tasikmalaya — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa pasar modal Indonesia tetap stabil dan terus menarik minat investor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Pasar modal Indonesia masih menunjukkan daya tarik yang kuat di mata investor domestik dan asing,” ujar Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK, Aditya Jayaantara, dalam konferensi pers bersama media di Jakarta, Minggu sore (9/11/2025).
Hingga akhir Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren penguatan seiring dengan kinerja positif emiten sektor konsumsi dan keuangan.
Menurut Aditya, jumlah investor pasar modal juga terus meningkat, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z.
“Total investor pasar modal kini telah melampaui 13 juta SID, mencerminkan partisipasi masyarakat yang semakin luas dalam pembiayaan pembangunan nasional,” tambahnya.
OJK menegaskan komitmennya untuk menjaga integritas dan kepercayaan investor melalui penguatan regulasi serta pengawasan berbasis teknologi.
IHSG dan Likuiditas Capai Rekor Tertinggi
Kinerja pasar modal domestik pada Oktober 2025 mencatat capaian gemilang. IHSG pada akhir bulan ditutup di level 8.163,88, terapresiasi 1,28 persen (mtm) atau 15,31 persen (ytd).
IHSG bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (All-Time High) di level 8.274,34 pada 23 Oktober 2025, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp15.560 triliun pada 10 Oktober 2025.
Likuiditas transaksi saham juga meningkat signifikan. Rata-Rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) saham pada Oktober 2025 mencapai rekor tertinggi sebesar Rp25,06 triliun, naik dari rata-rata Rp12,85 triliun pada 2024.
Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya aktivitas investor individu domestik.
Sejalan dengan penguatan pasar saham, investor asing membukukan net buy senilai Rp12,96 triliun (mtm) pada Oktober 2025. Namun, secara kumulatif sejak awal tahun (ytd), masih tercatat net sell sebesar Rp41,79 triliun.
Di sisi lain, pasar obligasi dalam negeri juga melanjutkan kinerja positif. Indeks Komposit Obligasi Indonesia (ICBI) naik 2,02 persen (mtm) atau 11,55 persen (ytd) ke level 438,03.
Rata-rata yield Surat Berharga Negara (SBN) turun 25,68 basis poin (mtm) atau 88,36 basis poin (ytd).
Sementara itu, investor nonresiden mencatat net sell Rp27,56 triliun (mtm) di pasar SBN pada Oktober 2025, namun secara ytd masih mencatat net buy Rp3,89 triliun.
Untuk obligasi korporasi, investor asing mencatat net sell Rp0,28 triliun (mtm) dan Rp1,50 triliun (ytd).
“Kinerja positif ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap fundamental ekonomi nasional yang tetap kuat, di tengah dinamika global yang menantang,” pungkas Aditya. (Krist)
