SNU|Kabupaten Bandung Barat – Satu hal lagi sesuatu yang membuat heboh di Bandung Barat yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Salah satu Partai Politik di KBB merilis berita di media mempertanyakan kepada Bupati tentang bantuan keuangan yang tidak kunjung cair, sementara proses pencairan bantuan keuangan untuk partai lainnya sudah selesai.
Ditanggapi oleh Pemerhati Pemerintahan Djamu Kertabudi bahwa yang lebih unik, Bupati Bandung Barat Jeje Richie Ismail merupakan kader partai ini. Hal ini jelas mengundang spekulasi publik, bahwa terdapat konflik internal di partai ini.
“Padahal partai politik di semua tingkatan memiliki hak otonom untuk menerima, mengatur dan mengelola bantuan keuangan dari Pemerintah termasuk pemerintah Daerah. Apabila memperhatikan Permendagri No. 78 Tahun 2020 tentang bantuan keuangan kepada partai politik, begitu jelas dan rinci bahwa jumlah dana yang diterima partai politik sesuai dengan perolehan raihan suara, dan digunakan untuk mendanai kegiatan kesekretariatan partai dan kegiatan pendidikan politik,” ungkap Djamu.
Demikian pula halnya dalam aspek pertanggungjawaban dilakukan melalui mekanisme pelaporan kepada pemerintah dan sebagai obyek pemeriksaan BPK.
“Rupanya sesuatu yang sederhana ini oleh kang Jeje tidak ditangani dalam kapasitas sebagai Bupati, akan tetapi lebih bertindak sebagai kader partai yang bersangkutan,” sebut Djamu.
Sehingga memerlukan konsultasi dengan pihak Ketum PAN Pusat. “Dengan demikian beliau menjadi bagian dari konflik internal partai. Akhirnya PAN KBB yang dinakhodai Asep Bayu Rohendi bereaksi keras dengan mengajukan somasi,” jelasnya.
Akhirnya kerumitan dari persoalan sederhana ini menjadi terang benderang setelah terbit SK Ketum PAN Pusat No. PAN/A/Kpts/KU-SJ/015/V/2025, yang mengangkat Jeje Richie Ismail sebagai Ketua Umum PAN KBB menggantikan Asep Bayu Rohendi.
“Memang tidak ada larangan Kepala Daerah menjadi Ketua Partai. Namun, dalam kapasitas sebagai Kepala Daerah yang bersangkutan harus mampu menempatkan diri secara profesional dan proporsional,” ucap Djamu kembali.
Sebagai catatan pinggir, tersirat sebuah pertanyaan, “ada apa dengan Bandung Barat ini ? ”
“Banyak hal yang penanganannya dibuat tidak elok,” pungkasnya (Bagdja)
