BeritaHukumPolitikRagam Daerah

Dari Meja Aktivis 08 Rukmana, SH : Duka dari Pendopo, Seruan Hati untuk Garut yang Lebih Aman

607
Rukmana, SH | Komunitas 08, Tragedi di balik pesta. Luka ini milik kita bersama. Semoga jadi pelajaran berharga bagi Garut.

SNU//Kabupaten Garut – Di balik gemuruh massa dan gegap gempita sebuah acara publik, tragedi justru menyelinap dalam senyap. Jumat, 18 Juli 2025 yang lalu. 

Garut tidak hanya kehilangan ketenangan, tetapi juga kehilangan nyawa. Sebagai bagian dari masyarakat Garut, 

“Saya, Rukmana, SH, aktivis dari Komunitas 08, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas insiden memilukan di area Pendopo Garut. Luka ini bukan milik satu keluarga, satu pihak, atau satu institusi saja. Ini adalah luka kolektif. Dan dari luka itu, harus lahir pembelajaran,” ucap Rukmana. Selasa (22/7/2025)

Kepemimpinan Bukan Soal Cepat Bertindak, Tapi Bijak Bertindak

“Kita tidak bisa meredam tragedi dengan sanksi yang tergesa atau penghakiman sepihak. Kepemimpinan diuji bukan saat semua baik-baik saja, tapi justru saat badai datang. Maka, saya menyerukan, berhentilah bereaksi secara emosional. Ambil waktu untuk mendengar, mengevaluasi, dan merangkul,” saran Rukmana.

Lebih lanjut menurut Rukmana, bahwa kepemimpinan yang baik tidak menghukum untuk memuaskan amarah sesaat, tapi membina demi keberlanjutan jangka panjang.

“Ada yang Terlewat Evaluasi Teknis Adalah Keniscayaan, tragedi ini tidak terjadi begitu saja. Beberapa hal yang semestinya dipersiapkan, justru tampak diabaikan,” ucapnya.

Menurut Rukmana, tragedi terjadi karena kapasitas area yang tidak sebanding dengan antusiasme massa, jalur keluar-masuk yang sempit dan rawan penumpukan, serta, lemahnya sistem mitigasi risiko, ketidaksiapan menghadapi cuaca dan kondisi lingkungan.

“Saat sebuah acara publik menampung massa lintas kota — dari Garut, Jakarta, hingga kota tetangga – standar keselamatan harus lebih dari sekadar formalitas,” katanya.

Rukmana mengharapkan, dari peristiwa tragedi maut yang memakan korban jiwa hingga tewas 3 orang tersebut, jadi cerminan dari Tragedi tersebut dapat menumbuhkan kesadaran semua pihak

“Kami tidak ingin hanya menjadi saksi bisu. Tragedi ini harus menjadi titik balik. Maka saya mengajak seluruh elemen, untuk melakukan audit menyeluruh dan terbuka, bangun sistem keselamatan publik yang kokoh, jadikan transparansi sebagai kewajiban, bukan pilihan,” ungkap Rukmana.

Disamping itu, lanjut Rukmana, harus dihadirkan pemimpin yang menjadi penenang, bukan pemecah.

“Garut layak aman, Garut layak damai, dan tragedi ini tidak boleh berlalu begitu saja tanpa jejak perubahan,
Dalam penutupnya, Rukmana memberikan pernyataannya ini, “Saya buat bukan atas nama siapa-siapa, kecuali atas nama kemanusiaan dan kepedulian sebagai warga Garut. Semoga suara ini menjadi bagian dari gema perubahan yang lebih besar,” tutupnya. (Asan)

Exit mobile version