Kemampuan untuk berbahasa Inggris menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting bagi para mahasiswa, untuk menunjang keahlian dan kompetensi yang mereka miliki.
Dalam menghadapi tantangan ini, IKIP Siliwangi telah mengimplementasikan program Keterampilan Berbahasa Inggris (KBI), yang dirancang untuk mahasiswa, selain jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
KBI adalah program pelatihan berbahasa Inggris yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa non-bahasa Inggris selama 6 semester.
Tujuannya untuk melatih mahasiswa khususnya dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris. Program studi yang mengikuti program Keterampilan Berbahasa Inggris adalah Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Masyarakat, dan Pendidikan Matematika.
Tidak hanya diperuntukkan bagi para mahasiswa kelas reguler, program ini bahkan memfasilitasi mahasiswa non-reguler atau karyawan agar dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris mereka.
“Language Center of IKIP Siliwangi (LCIS) menunjang kegiatan IKIP Siliwangi melalui pemberian pelayanan pengajaran Bahasa Inggris untuk memenuhi keperluan akademis maupun non-akademis di lingkungan IKIP Siliwangi, selain itu juga menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan mengembangkan keterampilan berbahasa Inggris seperti KBI ini. LCIS berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan masyarakat di dalam maupun di luar Kampus IKIP Siliwangi dengan menyelenggarakan pelatihan Bahasa Inggris yang bersifat profesional serta bekerjasama dengan pihak-pihak internal dan eksternal dengan pengembangan dan pelayanan Bahasa Inggris, “ terang Anita Anggraeni.
Relevansi Program dengan Teori Pembelajaran Pelaksanaan program Keterampilan Berbahasa Inggris di IKIP Siliwangi ini didukung oleh para tutor yang berasal dari dosen-dosen Program Studi Pendidikan bahasa Inggris. Para dosen tersebut mengajarkan program Keterampilan Berbahasa Inggris menggunakan berbagai teori pembelajaran seperti behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, humanisme, dan konektivisme untuk mendukung pencapaian hasil yang optimal.
1. Behaviorisme: Menguatkan Dasar-dasar Bahasa
Pada pertemuan awal, sebagian tutor menggunakan pendekatan behaviorisme untuk membantu para mahasiswa menguasai keterampilan dasar, seperti tata bahasa, kosa kata, dan pelafalan melalui latihan berulang dan penguatan positif. Seperti pada pembahasan tentang TOEIC preparation, para tutor memberikan ruang bagi mahasiswa dari berbagai jurusan tersebut untuk secara bertahap mengembangkan kemampuan bahasa mereka melalui serangkaian latihan yang terstruktur dengan mengulang listening section serta menjelaskan kosakata yang jarang ditemui.
Tutor menggunakan pendekatan behaviorisme untuk membantu para mahasiswa menguasai keterampilan dasar.
2. Kognitivisme: Meningkatkan Pemahaman dan Penggunaan Bahasa
Setelah dasar-dasar bahasa terbentuk, kognitivisme memainkan peran penting dalam membantu mahasiswa memahami struktur yang lebih kompleks dan penggunaan bahasa Inggris dalam konteks yang lebih luas. Pendekatan ini diterapkan dalam program KBI melalui penggunaan strategi seperti pemetaan konsep dan diskusi yang membantu mahasiswa menghubungkan konsep-konsep bahasa dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Apalagi para tutor juga telah memahami mengenai English for Spesific Purposes yang menekankan pada learner needs. Sehingga diskusi menjadi menarik karena mahasiswa telah memiliki pengetahuan dasar (prior knowledge).
Penggunaan strategi diskusi di dalam kelas-kelas terpisah untuk membantu mahasiswa menghubungkan konsep-konsep Bahasa Inggris dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
3. Konstruktivisme: Membangun Keterampilan Melalui Pengalaman dan Interaksi
Program KBI ini juga mendorong pendekatan konstruktivis, di mana mahasiswa secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri melalui praktik nyata dan interaksi sosial. Dalam hal ini, para mahasiswa diminta untuk membuat proyek (Project Based Learning) dengan membuat video berbahasa Inggris tentang konteks yang diajarkan pada semester tersebut. Pendekatan ini membantu mahasiswa melihat relevansi praktis dari keterampilan berbahasa Inggris dalam kehidupan dan karier mereka.
4. Humanisme: Memotivasi Mahasiswa Melalui Pembelajaran yang Berpusat pada Individu
Dalam menghadapi tantangan belajar bahasa Inggris, motivasi intrinsik menjadi faktor kunci. Pendekatan humanistik dalam program ini memberikan perhatian khusus pada kebutuhan individu mahasiswa, dengan menyediakan dukungan dan lingkungan belajar yang kondusif. Bagi mahasiswa non-reguler atau karyawan, yang mungkin memiliki tantangan tambahan seperti waktu yang terbatas dan tekanan pekerjaan, pendekatan ini memungkinkan mereka untuk belajar dengan cara yang paling sesuai dengan situasi pribadi mereka. Itu sebabnya, KBI ini juga dilaksanakan secara daring. Sehingga menyesuaikan dengan aktifitas mahasiswa yang cukup padat.
Mahasiswa baru mengikuti program Keterampilan Berbahasa Inggris secara luring.
5. Konektivisme: Memanfaatkan Teknologi untuk Pembelajaran Berkelanjutan Dalam dunia yang semakin terhubung, konektivisme menjadi semakin relevan. Program Keterampilan Berbahasa Inggris di IKIP Siliwangi dapat memanfaatkan teknologi dan sumber daya digital untuk membantu mahasiswa untuk mempelajari materi dan melihat dokumentasi yang berkaitan dengan KBI. Pembelajaran berbasis jaringan yang dapat diakses melalui website lcis.ikipsiliwangi.ac.id. Para tutor juga mengajar melalui zoom dan google meet untuk memudahkan keterjangkauan ini.
Dampak Program Terhadap Pengembangan Kompetensi Mahasiswa.
Dengan mengintegrasikan berbagai teori pembelajaran, program ini memberikan pendekatan yang holistik dan adaptif untuk memenuhi kebutuhan beragam mahasiswa di luar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Pada akhirnya, keberhasilan program ini diharapkan dapat tampak dalam kemampuan mereka untuk berproses secara pasif menuju aktif dalam keterampilan berbahasa Inggris. ***