SNU|Bandung,- Mitsubishi Destinator 2025, yang digadang-gadang sebagai SUV premium terbaru dari pabrikan berlogo tiga berlian, kini menjadi sorotan tajam. Klaim kemewahan dan segmen premium yang disematkan pada mobil ini justru dipertanyakan, terutama terkait performa dan keselamatannya di medan berat, licin, dan tanjakan tajam, Sabtu(26/7/2025).
Berbagai kekurangan fundamental mulai terkuak, menimbulkan keraguan besar di kalangan pemerhati otomotif dan calon konsumen.
Salah satu kritik paling mendasar adalah minimnya pengujian off-road yang memadai. Meskipun menyandang predikat SUV, Destinator 2025 belum menunjukkan taringnya di kondisi ekstrem seperti lumpur tebal atau jalur berbatu.
Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi konsumen yang memang mencari SUV dengan kapabilitas off-road mumpuni, bukan sekadar gaya.
Lebih lanjut, ketersediaan varian yang sangat terbatas saat peluncuran awal menjadi poin minus.
Hanya varian “Ultimate” yang tersedia untuk diulas, menyisakan misteri mengenai spesifikasi dan kemampuan varian lainnya. Konsumen pun kesulitan membandingkan dan memilih sesuai kebutuhan mereka.
Kekurangan paling krusial yang diidentifikasi adalah absennya opsi All-Wheel Drive (AWD) atau Four-Wheel Drive (4WD) permanen.
Destinator 2025 dilaporkan hanya mengandalkan penggerak roda depan (FWD). Ini berarti, mobil ini berpotensi berbahaya dan memiliki kelemahan serius pada traksi saat dihadapkan pada medan berat, licin, dan tanjakan curam.
“Seringkali mobil mengalami understeer,” ungkap seorang pengamat otomotif yang enggan disebut namanya, “Ini adalah masalah pengendalian atau handling yang krusial, khususnya untuk medan perjalanan yang sulit ditebak,” ujarnya.
Bagaimana bisa sebuah SUV ‘premium’ tidak dibekali sistem penggerak yang mumpuni untuk beragam kondisi jalan?
Kondisi ini sangat ironis, mengingat label “premium” yang disematkan, di era elektrifikasi ini, seharusnya Mitsubishi berani menghadirkan pilihan penggerak hibrida, bahkan versi AWD/4WD permanen, untuk benar-benar menjustifikasi predikat tersebut.
Selain masalah performa, beberapa aspek lain turut menuai kritik, dimensi bodi yang terlalu bongsor disebut-sebut menyulitkan proses parkir, terutama di area perkotaan padat.
Sementara itu, wajah depan yang terlalu kaku dianggap kurang menarik secara estetika dan tidak mencerminkan kesan modern yang diharapkan dari sebuah SUV premium.
Ironisnya, beberapa pihak justru berpendapat bahwa Destinator 2025 lebih cocok untuk usaha kargo ketimbang kendaraan keluarga karena dimensinya yang besar dan kaku.
Ini tentu menjadi pukulan telak bagi positioning produk yang ingin menyasar segmen keluarga premium.
Dengan segala kekurangan yang terkuak, harga yang terlalu mahal untuk Mitsubishi Destinator 2025 menjadi sorotan.
Konsumen dihadapkan pada paradoks, mobil yang disebut premium dan mahal, namun menyimpan kelemahan fundamental pada performa dan fungsionalitas, terutama di medan yang menantang.
Melihat daftar kekurangan ini, pertanyaan besar muncul, apakah Mitsubishi Destinator 2025 benar-benar siap menghadapi persaingan ketat di segmen SUV, atau justru akan terpuruk karena keterbatasannya, terutama dalam hal keselamatan di kondisi jalan yang tidak ideal? Waktu yang akan menjawab.